Iklan

Iklan feed

,

Iklan

Episode 01 | Tempo Pasar dan ekonomi Era Soeharto

Naratawa
Senin, 07 Agustus 2023, Agustus 07, 2023 WIB Last Updated 2023-08-09T13:17:20Z
Foto Soeharto art @pinterest

Naratawa.id | di kutip dari buku Tempo edisi Khusus Soeharto .

Selama 30 tahun, Soeharto berhasil membangun ekonomi Indonesia dari keadaan yang morat-marit pada 1965/6 menjadi salah satu Macan Asia yang pertumbuhannya menakjubkan,Tetapi Indonesia tetap negara yang paling miskin di antara negara- negara itu karena dasar permulaannya juga yang paling rendah.


Pada 1996/7 pendapatan per kapita Indonesia menurut Bank Dunia sudah sedikit melebihi US$ 1.000 setahun, tetapi Malaysia sudah tiga kali lebih tinggi dan Thailand 1,6 kali lebih tinggi. Ekspor Indonesia yang juga tumbuh cepat dan mencapai sekitar US$ 55 miliar setahun, tetapi masih lebih rendah daripada Malaysia (sekitar US$ 75 miliar) dan Thailand (sekitar US$ 60 miliar tanpa minyak bumi) walaupun kedua negara itu penduduknya jauh lebih kecil yang membuat Indonesia ketinggalan adalah, selain angka awal (starting base)-nya rendah, kualitas sumber daya manusia serta pendidikan jauh terbelakang oleh karena sejak kemerdekaan tidak banyak dikucurkan dana dan daya kepada sektor yang sangat strategis ini, Karena SDM Indonesia kekurangan dasar, maka industrialisasi di Indonesia juga tidak bisa bersifat "mandiri" ( kurang tergantung dari impor ) seperti di Taiwan dan Korea Selatan. 

Klik disini 

Kedua negara itu mewarisi kultur yang lebih pro-pendidikan (dasar) dari penjajah Jepangnya sebelum Perang Dunia Kedua. 

Selama sekitar 30 tahun itu laju pertumbuhan ekonomi Indonesia sekitar 6,7 persen setahun. Ini berarti bahwa selama 30 tahun itu PDB tumbuh 8 -10 kali dan PDB per kapita sekitar 4 kali, dari US$ 250 menjadi US$ 1.000 per tahun, Karena golongan mayoritas yang bawah tidak menikmati kenaikan pendapatan empat kali itu, maka golongan "kelas menengah" di kota-kota, baik di Jakarta maupun di daerah, mengalami kemajuan pendapatan yang jauh lebih besar, lepas dari adil atau tidaknya, kemakmuran serta purchasing power (daya beli) inilah yang pada dirinya menjadi sumber pertumbuhan lebih lanjut. 


Krisis tahun 1997/8 mengguncang sendi-sendi itu dan sampai sekarang tingkat kehidupan tahun 1996/7 untuk sebagian besar masyarakat belum bisa diraih kembali kalau para ekonom yang "Populis" seperti Dr. Mubyarto mengatakan bahwa krisis ekonomi tidak pernah memukul daerah di luar Jawa dan di luar kota, maka itu sebagian saja benar. 


Sejak 1997, penduduk tetap tumbuh dan penduduk muda yang keluar sekolah bertambah banyak pula. Tetapi, dengan krisis dan pertumbuhan ekonomi rendah, kesempatan kerja menjadi sangat terbatas. 


Maka, masalah sosial yang sekarang pun mengganggu kehidupan sosial di daerah-daerah yang lebih rural adalah kegelisahan di antara penduduk yang muda yang kurang punya harapan akan mendapat pekerjaan serta pendapatan yang sesuai dengan aspirasi mereka. 

Masalah inilah yang dialami oleh berbagai proyek pertambangan, perkebunan, dan lain-lain agribisnis, terutama proyek besar yang PMA, seperti di bidang migas dan pertambangan . 


Nantikan Episode Selanjutnya.

Iklan ads