Iklan

Iklan feed

,

Iklan

Menilik Sejarah Konglomerat Orde baru - Liem Sioe Liong sosok yang dekat dengan Soeharto

Naratawa
Sabtu, 28 Oktober 2023, Oktober 28, 2023 WIB Last Updated 2023-10-29T12:36:15Z
Menilik Sejarah Konglomerat Orde baru - Liem Sioe Liong sosok yang dekat dengan Soeharto , Foto Istimewa

Naratawa.id - di kutip dari buku 100 tokoh yang merubah Indonesia - Salah satu Prinsip yang berarti dari LIEM SIOE LIONG ( Konglomerat Orde Baru ) " Bisnis itu tidak boleh atas dasar uang, tapi harus atas dasar barang " Itulah filosofis bisnis Liem Sioe Liong alias Sudono Salim, pemilik konglomerasi terbesar di Indonesia di akhir abad 20. 

Ia merambah hampir semua sektor usaha, Imperium bisnisnya merambah ke berbagai sektor dan beragam gelar disandangnya di antaranya : Raja Bank, Raja Semen, dan Raja Akuisisi, Tapi ia menolak kalau dikatakan menerobos se- mua sektor , " Orang suka bilang ini-itu punya Liem Sioe Liong. Gila apa ? Tapi, kalau orang lain suka pakai nama Liem, bisa bilang apa " ? katanya. Kenyataan bicara lain. Semua bidang nyaris me- mang menjadi area bisnisnya mulai dari sabun, minyak goreng, mie instan, paku, ban sepeda, pengi- lang karet, kerajinan, makanan, pengusahaan hutan, televisi, bangunan, perhotelan, asuransi, perbankan, bahkan toko pakaian.


Liem adalah sosok yang dikenal dekat dengan Soeharto, Beberapa perusahaannya merupakan pa- tungan dengan kerabat Soeharto, Itulah sebabnya ia banyak menuai kritikan dan komentar sinis. 


Tapi bagaimana pun, Liem adalah sosok pengusaha etnis Cina yang merantau dari desa Ngu Na, Fukien, Cina, untuk banting tulang mencari peruntungan di Indonesia. 

Ia memperoleh keberhasilannya dengan kerja keras dan penuh pengorbanan. Liem dilahirkan tanggal 16 Juli 1916. Pada 1938, saat berusia 22 tahun ia meninggalkan tanah kelahir- annya menuju ke Kudus, Jawa Tengah,Ia menyusul abangnya Liem Sioe Hie yang bekerja di toko Liem Kiem Tjay, pamannya Pada 1940 adiknya, Liem Sioe Kong, bergabung. Mereka merintis usaha di bidang perdagangan hasil bumi, Tetapi ketika memasuki zaman pendudukan Jepang, bisnisnya berantakan, bahkan ketika Jepang hengkang pun, modal Liem ludes karena uang Jepang tidak laku, Modalnya habis Ketika pemerintah menerbitkan uang baru, setiap orang menerima satu rupiah uang baru itu, Karena keluarga Liem ada delapan orang, jadi mereka mendapat 8 rupiah, Itulah modal awal mereka. Liem kemudian masuk menjadi anggota Cong Siang Hwee, perkumpulan pedagang Cina, yang membantu perjuangan RI. 

Info Selengkap nya Klik

Dari sinilah keadaan mulai membaik ketika ia dikenalkan dengan pemimpin tentara saat mendampingi Hasan Din, tokoh Muhammadiyah dari Jakarta yang merupakan ayah Fatma- wati, dan juga mertua Bung Karno, Ia dipercaya un- tuk memasok kebutuhan tentara dari sanalah ia memasuki era baru dalam perjalanan bisnisnya.


Liem mengenal Soeharto ketika ia memasok kebutuhan logistik untuk keperluan Divisi Diponegoro di Semarang, Jawa Tengah, 1950. Bisnisnya benar- benar melejit setelah Soeharto menjadi penguasa di negeri ini. Berbagai konsesi, fasilitas, dan kemudahan diperolehnya dengan alasan untuk mengembangkan perekonomian domestik. Pada 1970-an, PT Tarumatex, perusahaan tekstil- nya menerima kredit murah dan mendapat kontrak US$1,7 juta tanpa tender untuk memasok pakaian militer. CV Waringin mendapat lisensi ekspor (karet dan kopi) melebihi kuota. Menteri perdagangan kala itu, Sumitro Djojohadikusumo memberikan monopoli impor cengkeh dari Zanzibar dan Madagaskar kepada PT Mega, milik Liem. Ketika bermitra dengan Djuhar Sutanto alias Lim Wen Chiang, Ibrahim Ris- jad, dan Sudwikatmonc (saudara sepupu Presiden Soeharto), berbagai bidang dikuasainya. Sebut saja PT Bogasari Flour Mils (1969), PT Indocement (1972), dan PT Indomobil (1971). Dengan menggandeng Mochtar Riadyalias Lee Mo Sing pemilik grup Lippo ia membangun BCA. Meski Mochtar kemudian ke- luar, pondasi BCA cukup kukuh. Liem kembali diuji. 


Pada kerusuhan Mei 1998, tepatnya pada tanggal 14, massa menghancurkan kediamannya. Rumah tua bermodel sederhana dan berkaca antipeluru di Jalan Gunung Sahari VI No.12, Jakarta Pusat itu pun dilalap api kemarahan massa. Bahkan potret Liem Sioe Liong dan istrinya (Lie Las Nio) diarak ke jalanan dan dibakar massa. Kedekatan Liem dengan penguasa Orde Baru yang terkenal korupi, merupakan penyebabnya.


Liem adalah sosok yang dikenal dekat dengan Soeharto, beberapa perusahaannya merupakan pa- tungan dengan kerabat Soeharto, Itulah sebabnya ia banyak menuai kritikan dan komentar sinis, tapi bagaimana pun, Liem adalah sosok pengusaha etnis Cina yang merantau dari desa Ngu Na, Fukien, Cina, untuk banting tulang mencari peruntungan di Indonesia ia memperoleh keberhasilannya dengan kerja keras dan penuh pengorbanan. 


( Ez/naratawa )

Iklan ads